Hati ini tersentak tatkala melihat seorang kanak-kanak menolak sebuah kerusi roda. "Mungkin ayahnya".Bisik hati kecil ini. Sayu aku dibuatnya.Di tengah kesibukkan manusia membeli barangan di dalam pasar, kedua beranak itu mengahampiri beberapa gerai untuk membeli sesuatu. Lantas aku menginsafi diri ini. Bersyukurkah aku atas nikmatnya? Punya segala kemewahan. Cukup segala-galanya. Kufurkah aku pada nikmatnya. Laluku hitung diri ini. Ya Allah, terlalu banyak nikmatMu. Dan aku..... masih meminta-minta. Kufurkah aku? Nikmat kesihatan yang kau kurniakan... cukupkah ibadahku. NIkmat pancaindera, mata, telinga.. peliharakah aku akan azab neraka.... Anak yang kecil itu masih menolak ayahnya. Mungkin mereka miskin, tapi kaya hatinya. Mungkin mereka tidak upaya, tapi ibadahnya,lebih dari kita manusia yang upaya. Mungkin mereka hina di mata masyarakat, tapi mulia di sisi Tuhannya...
Bisakah kita manusia menjadi seperti mereka.Ku renung kembali diri ini. Hambakah aku yang sentiasa tidak puas dengan kurniaNya. Dia tidak pernah meminta pun. Tidak perlu kepada perhambaan kita kerna Maha Kuasa Dia. Lalu, pandangkah dia pada diri ini? Dia tidak perlukan kita. Tapi, kita akan sentiasa perlu padaNya. Jangan kita sebagai mukmin hanya mencariNya ketika berduka, ketika bencana, ketika malapetaka. Lantas, siapa kita sebagai hamba di waktu bersukaria, Di waktu kesenangan. Segala-gala milik kata adalah kepunyaaNya. Segala-gala milik kita adalah pinjamanNya. Siapa kita untuk mempersoalkan ketentuanNya.
Tuhan, beri aku ketabahan dalam ujianMu. Beri aku kekuatan dalam menempuh cubaanMu. Jangan engkau bebankan diri ini dengan beban yang berat. Amin.... Lantas, aku semakin merasakan hinanya diri ini...
No comments:
Post a Comment